Sabtu, 30 November 2013

Regenerasi Pelatih dan Juri Seni Budaya Sangat Urgen

Kebiasaan-kebiasaan para pelaku kesenian dan terkadang saya membuat kegiatan ini banyak kalangan yang risih benar dan saya banyak dikritik oleh beberapa teman-teman seniman bahwa kenapa kegiatan yang melibatkan para seniman di hotel karena biasanya kegiatan seniman itu senangnya diruang terbuka, akan tetapi ada kalanya kita berfikir dituangan ber ac dan ada kalanya kita berfikir diruangan terbuka dan sekaligus kita mencoba untuk bereksplorasi bareng-bareng, ungkap Abdurrachiem Kabid Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta disela membuka Kegiatan Workshop Pengembangan Wawasan Pelatih dan Juri Seni Budaya Tahun 2013 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta selama dua hari Rabu-Kamis, 28-29 November 2013 di Artotel Jl. Sunda No. 3 Jakarta. Turut hadir Yulianti Parani, Nungki Kusumastuti, Esther Siagian, Madin Tyasawan, sebagai Narasumber yang mumpuni dan kompeten dibidangnya masing-masing, serta para peserta perwakilan pelatih dan juri dari UPT Balai Latihan Kesenian 5 (lima) wilayah Se-Provinsi DKI Jakarta. Dijelaskannya bahwa kegiatan ini bertujuan karena terus terang saja ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan kita krisis didalam regenerasi pelatih dan juri pada seni pertunjukan. Seorang kritikus atau seorang penilai dan seorang evaluator dibidang kesenian, seperti misalnya dibidang seni rupa mungkin masih banyak. Namun, pada bidang seni pertunjukan dapat dihitung dengan jari yang bisa dan masih ada. Contohnya pada seni tari pertunjukan, ada Sal Murgiyanto dan itu kan tinggal beliau serta kebawah-bawahnya tidak ada, siapa lagi? Ada beberapa yang memang, baik tulisan maupun kegiatannya terkadang tidak begitu signifikan dan boleh dibilang masih kurang. Tapi paling tidak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ada semacam keprihatinan dalam hal ini. Misalnya contoh bahwa Disparbud sering mengadakan kegiatan yang sifatnya kompetitif, yaitu lomba, festival yang ada penjuriannya. Dan ketika menjadi juri dan pengamat selalu orangnya itu-itu saja, sehingga terlihat seperti tidak ada orang lagi. Dan ini yang menjadi kegalauan kami bagaimana menjalankan roda kegiatan yang sifatnya kompetitif, jelasnya. Oleh karena itu, untuk mengarah ke tujuan makanya nomenklatur yang berjudul Workshop Pengembangan Wawasan Pelatih dan Penjurian. Kami telah diskusikan dengan beberapa seniman bahwa tidak gampang menjadi juri, selain teknis juga ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang juri dan dalam kegiatan ini akan diberikan pengetahuan teknik-tehnik sebagai pelatih sekaligus menjadi seorang juri yang baik. Itulah fungsi-fungsi pelatih dan juri, dia sebagai evaluator, transformator, dan fasilitator, sehingga kita terus mencoba untuk mensuport program visi dan misi Gubernur Provinsi DKI bagaimana menjadikan kota Jakarta kedepan sebagai kota yang berbudaya dan kita harus terus berfikir apa yang dapat disumbangkan dari para seniman kepada kota Jakarta, imbuhnya. (ziz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar