Kebiasaan-kebiasaan para pelaku kesenian dan terkadang saya membuat
kegiatan ini banyak kalangan yang risih benar dan saya banyak dikritik
oleh beberapa teman-teman seniman bahwa kenapa kegiatan yang melibatkan
para seniman di hotel karena biasanya kegiatan seniman itu senangnya
diruang terbuka, akan tetapi ada kalanya kita berfikir dituangan ber ac
dan ada kalanya kita berfikir diruangan terbuka dan sekaligus kita
mencoba untuk bereksplorasi bareng-bareng, ungkap Abdurrachiem Kabid
Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI
Jakarta disela membuka Kegiatan Workshop Pengembangan Wawasan Pelatih
dan Juri Seni Budaya Tahun 2013 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
DKI Jakarta selama dua hari Rabu-Kamis, 28-29 November 2013 di Artotel
Jl. Sunda No. 3 Jakarta. Turut hadir Yulianti Parani, Nungki
Kusumastuti, Esther Siagian, Madin Tyasawan, sebagai Narasumber yang
mumpuni dan kompeten dibidangnya masing-masing, serta para peserta
perwakilan pelatih dan juri dari UPT Balai Latihan Kesenian 5 (lima)
wilayah Se-Provinsi DKI Jakarta. Dijelaskannya bahwa kegiatan ini
bertujuan karena terus terang saja ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan dan kita krisis didalam regenerasi pelatih dan juri pada
seni pertunjukan. Seorang kritikus atau seorang penilai dan seorang
evaluator dibidang kesenian, seperti misalnya dibidang seni rupa mungkin
masih banyak. Namun, pada bidang seni pertunjukan dapat dihitung dengan
jari yang bisa dan masih ada. Contohnya pada seni tari pertunjukan, ada
Sal Murgiyanto dan itu kan tinggal beliau serta kebawah-bawahnya tidak
ada, siapa lagi? Ada beberapa yang memang, baik tulisan maupun
kegiatannya terkadang tidak begitu signifikan dan boleh dibilang masih
kurang. Tapi paling tidak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ada semacam
keprihatinan dalam hal ini. Misalnya contoh bahwa Disparbud sering
mengadakan kegiatan yang sifatnya kompetitif, yaitu lomba, festival yang
ada penjuriannya. Dan ketika menjadi juri dan pengamat selalu orangnya
itu-itu saja, sehingga terlihat seperti tidak ada orang lagi. Dan ini
yang menjadi kegalauan kami bagaimana menjalankan roda kegiatan yang
sifatnya kompetitif, jelasnya. Oleh karena itu, untuk mengarah ke tujuan
makanya nomenklatur yang berjudul Workshop Pengembangan Wawasan Pelatih
dan Penjurian. Kami telah diskusikan dengan beberapa seniman bahwa
tidak gampang menjadi juri, selain teknis juga ada beberapa hal yang
harus dikuasai oleh seorang juri dan dalam kegiatan ini akan diberikan
pengetahuan teknik-tehnik sebagai pelatih sekaligus menjadi seorang juri
yang baik. Itulah fungsi-fungsi pelatih dan juri, dia sebagai
evaluator, transformator, dan fasilitator, sehingga kita terus mencoba
untuk mensuport program visi dan misi Gubernur Provinsi DKI bagaimana
menjadikan kota Jakarta kedepan sebagai kota yang berbudaya dan kita
harus terus berfikir apa yang dapat disumbangkan dari para seniman
kepada kota Jakarta, imbuhnya. (ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar