Minggu, 01 Desember 2013

Kesenian Indonesia Mencerminkan Falsafah Ideologi Nasionalnya

Oleh : Julianti Parani, Ph.D
 
Kesenian Indonesia mencerminkan falsafah ideologi nasionalnya, Bhineka Tunggal Ika. Ciri-ciri utama dari keterbukaan ini semenjak pewarisannya pada awal millennium lampau yang telah berkembang menuju suatu kemeriahan yang multikultural. Kondisi geografis dan pengalaman sejarah adalah faktor utama dalam proses pembentukannya berhadapan dengan daur kehidupan dalam berbagai tahap. Bervariasi dari ada yang sudah tua usianya namun masih tetap vital, dan ada yang telah mengalami perubahan dengan ekspresi baru yang senantiasa bersemangat bangkit. Keberadaan kesenian tradisional Indonesia sesuai dengan budaya daerah / etnik, berjumlah lebih dari tiga ratusan mungkin sampai ribuan, mayoritasnya tergolong rumpun Malayo-Polynesia, dengan kesamaan akar yang karakteristiknya dapat bertahan hingga kini. Berkat pengalaman sejarah, sejumlah budaya dari luar telah beradaptasi ke dalam, seperti dari Arab, Cina, Portugis, Belanda, dan berbagai budaya dunia lainnya, yang pada awalnya dapat masukan kuat dari Budaya Hindu pada seni rupa plastis jaman purba. Pada jaman pra sejarah berbagai peninggalan budaya dapat dilacak melalui lukisan goa, bangunan tua, dan artefak lainnya yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Pengaruh dari luar misalnya dari budaya Hindu India telah muncul pada awal millennium lampau di Kalimantan, Sumatra, Jawa, dll. Salah satu puncak pengalaman budaya tsb bisa dikatakan adalah dari Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa. Kemudian penyebaran Islam pada abad 13 telah menjadikan mayoritas pengaruh budaya tsb di Indonesia. Modernisasi yang bermula melalui penetrasi orang orang Eropah pada abad 16, telah membangkit seni modern, yang berkelanjutan seterusnya setelah kemerdekaan. Pewarisan pada masa pra sejarah adalah tradisi antik dari pengaruh Hindu. Berikutnya adalah pada berbagai cabang kesenian seperti pada seni pertunjukan berupa upacara ritual dari berbagai etnik hingga ke berbagai ekspresi baru / kontemporer yang menguatkan budaya bersumber dari Bhineka Tunggal Ika Pancasila ideologi bangsa Indonesia. Kemudian produk seni rupa baik yang tradisional hingga ke dalam berbagai produk masa kini mencerminkan ekspresi kontemporer. Salah satu peninggalan ekspresi kesenian kuno adalah lukisan gua di pulau Arguni Papua yang menggambarkan hubungan yang akrab antara manusia dengan binatang dan kosmosnya, terlihat seorang laki laki bertopeng kadal melambangkan sang supernatural nenek moyang agung, pelindung umat manusia. Representasi banteng yang paling kuno dalam peninggalan arkeologi dari masa perunggu ditemukan pada dinding dalam dari suatu kuburan di Pasemah Sumatra Selatan. Suatu perlambangan banteng yang memang tidak asing dalam budaya Indonesia kini, baik melalui Pancasila maupun dalam politik. Awal pengaruh Hindu / Buddha terdapat pada salah satu peninggalan berupa patung perunggu dari Buddha masa Sriwijaya (abad 7 10 masehi) yang ditemukan sekitar Palembang. Pengaruh Hindu / Buddha selanjutnya adalah pada kompleks candi paling indah di Jawa, Prambanan (abad 9 10 masehi) yang pada reliefnya menggambarkan cerita Ramayana. Ekspresi kesenian sebagai tari-tarian di kerajaan Hindu Jawa yang menghibur para penguasa sebagaimana terdapat pada relief candi Borobudur, adalah bukti peninggalan lama dari budaya seni pertunjukan sebagaimana diteruskan kemudian pada kerajaan Majapahit di Jawa Timur yang menurut catatan abad 14 pada Nagarakertagama, diturunkankan pada budaya kraton Jawa di Surakarta maupun Yogyakarta. Seni pertunjukan Indonesia banyak yang terkait dengan upacara ritual sebagai representasi hubungan spiritual antara manusia dengan Sang Hyang / Roh Agung nya dilakasanakan melalui prosesi festival, memiliki kualifikasi berkesenian, mengagungkan kraton / penguasa and even keagamaan / kepercayaan. Ritual Mask Performances: Kalimantan Hudoq, Bali Brutuk, Asmat Jipae. Aktivitas ini memiliki asal usul dalam berbagai pesta etnik di daerah ybs, sperti pada pentas wayang, yang boneka maupun manusia, dan seni pertunjukan topeng. Pertunjukan wayang memiliki elemen kepercayaan, adat istiadat , mistik , pendidikan dan falsafah kehidupan dari lingkungan komunitasnya. Seni Topeng tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai tujuan ritualistik yang dihidupkan melalui seni pertunjukan. Pada dasarnya topeng merupakan manifestasi perlambangan terkait berbagai konsep kepercayaan. Ada yang merepresentasikan figur nenek moyang, tokoh spiritual yang dihormati, dsb. Seperti pada topeng Bali Sidakarya atau Topeng Pajegan, maupun tokoh tokoh signifikan semacam yang terdapat dalam Ramayana. Pengaruh budaya Islam baik sebagai upacara maupun seni pertunjukan, seperti pada seni Cakepung dari Lombok, Seudati dari Aceh, Saman dari Gayo. Seni pertunjukan berupa kreasi baru dan seni kontemporer banyak tumbuh setelah kemerdekaan terutama tahun 1980an yang banyak masih dilhami berbagai budaya tradisi etnik, seperti dari Sunda di Jawa Barat, Bali, Kratong Jawa, Papua, Bugis dari Sulawesi Selatan, Betawi dari Jakarta, Minangkabau dari Sumatra Barat, sebagaimana terdapat dalam festival Nusantara. Tari-tari dari seni pertunjukan budaya Melayu disekitar wilayah Nusantara sebagaimana terdapat di Riau, Jambi, Kalimantan, maupun hingga ke berbagai Negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura. Berbagai kreasi baru terutama dengan munculnya seniman dari berbagai sekolah kesenian di Jakarta, Bandung, Yogya, Solo, Denpasar, Padang Panjang dsb yang baik diilhami budaya etnik maupun sudah mendapat pengaruh luar, baik yang klasik, pop, kontemporer seperti, Ballet Eropah, Modern Dance USA, Hip Hop, dsb. a.l. Panji Sepuh karya Sulistyo Tirtikusumo, Zapin dari Tom Ibnur, Minangkabau dari Benny Kresnadi, Nirkata dari Julianti P, Semar dari Bagong Kusudiardjo, dl. Teater Kontemporer Indonesia gaya teater Barat yang mengadaptasi bentuk tradisional dari Indonesia maupun luar Indonesia, seperti Teater Gandrik, Jayasuprana dari Teguh Karya, Odipus Rex dari W.S.Rendra, Ozon dari Arifin C Noer, Mdm White Snake dari Teater Koma- Riantiarno. Ensembel musik traditional dari Jawa Bali seperti pada musik Gamelan. Klasik Barat, kontemporer, maupun popular dengan rasa etnik seperti karya Sawung Jabo, Ireng Maulana, Trio Bimbo, Harry Rusli . Dalam perkembangan Seni Rupa Indonesia memiliki tradisi panjang dalam sejarah sejak jaman pra sejarah, seperti pada lukisan gua, relief pengaruh Hindu-Buddha, Tionghoa, Islam, dan Barat. Karya kesenian dan kerajinan rakyat lokal sebagaimana dapat terlihat pada, tulisan emas, textil/ ikat, kerajinan keranjang dan metal, kerajinan tembikar dan lukisan kaca. Lukisan bergaya Renaissance dari Raden Saleh pada abad 19 dan dari tokoh seniman modern seperti Dullah, Affandi, Sidjojono, Djoko Pekik, Hendra. Ekspresi kesenian yang baru menampilkan kedatangan teknologi maju setelah 1970an, memberi inspirasi pada karya seni instalasi yang cenderung berkaitan dengan filsafat dan kesadaran serta keprihatinan sosial masa kini. Gaya pascamodern / postmodernism kelanjutan dari modernism, berkembang marak, meski gaya tradisional masih tetap dilaksanakan baik dalam prakteknya maupun inspiratif, seperti pada karya Gregorius Sidharta, Rita Widagdo, Nyoman Nuarta, Wayan Cemul. Seni Instalasi dari Isa Perkasa - Menuju Monumen Beton, Krisna Murti - Let the Rock be the Rock. Dadang Christanto - Violence, Andur Manik- Portret Diri, Tonny Haryanti - the Noisy Family, Anusapati - Presence Versus Exploit. Monumen dalam ruang publik: Nyoman Nuarta - Non Aligned Countries, Edhi Sunarso & Trubus - Selamat Datang, Edhi Sunarso- Dirgantara, Gregorius Sidharta-Tonggak Samudra, But Muhtar -Persatuan, Silaban & Soedarsono-Monas. (ziz)

Reference:

Holt, Claire, Art in Indonesia, Ithaca, Cornell University Press, 1967, Sedyawati, Edi, ed. Indonesian Heritage volume 8. Performing Arts. Singapore, Editions Didier Millet, 1998, Soemantri, Hilda, ed. Indonesian Heritage volume 7. Visual Arts. Singapore, Editions Didier Millet, 1998, Spanyaard, Helena, Modern Indonesian Paintings, Meppel, Giethoorn ten Brink-Sotheby, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar